Hutan mangrove selain menjadi kawasan wisata saat ini sudah dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan dasar arang untuk kebutuhan ekspor yang digunakan untuk berbagai macam oleh negara maju seperti Jepang dan China. Hutan mangrove yang tumbuh di muara sungai dan daerah pasang surut atau tepi laut ini bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen. Kabupaten Kubu Raya yang memiliki kawasan perairan mencapai 67 persen sebagian besar lahannya ditumbuhi pohon yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor).
General Manager PT Bina Ovivipari Semesta (BIOS), Ateng Surya Sanjaya, menyebutkan produksi arang dari tanaman mangrove bisa mencapai 180.000 matrik ton per tahun dari lahan yang sudah diijinkan seluas 10.400 hektar di Kabupaten Kubu Raya.
"Tapi yang efektif kita gunakan untuk keperluan produksi hanya 6.000 hektar saja. Sisanya ditetapkan sebagai kawasan konservasi untuk kelestarian ekosistem di area tersebut. Karena daerah tersebut kebanyakan kawasan peralihan antara darat dan laut," jelasnya saat kunjungan Penjabat Bupati Kubu Raya di kawasan hutan mangrove Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya akhir pekan lalu.
Dikatakannya, tidak perlu khawatir dengan pohon yang sudah ditebang. Karena sekitar 2-3 tahun bekas tebangan akan tertutup kembali. "Kalaupun tidak tumbuh, kita sudah mempersiapkan bibit dan melakukan penanaman. Karena 70-80 persen mangrove yang ditebang tertutup secara alami. Malah pihak perusahaan melakukan penanaman 20-30 persen di area tersebut," jelasnya.
Melihat pemanfaatan teknologi tersebut, Koordinator Kesehatan Kubu Raya, dr. H. Nursyam Ibrahim, M. Kes merasa heran mengapa arang katanya sebagian besar digunakan oleh orang Jepang untuk masak tersebut tidak dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia yang memiliki bahan baku melimpah. "Kalau mereka berani impor, mengapa kita tidak bisa menggunakannya. Ini menunjukkan nilai ekonomis yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah," katanya yang juga ikut dalam kunjungan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar